Jumat, 15 Agustus 2008

PAMANDA DR. MOH SASONGKO


Dari lima bersaudara dari ibunda kami :

1.Siti Karlinah ibunda kami

2. Murdadyo

3. Murbagio, tinggal di Banjarsari Wetan, Dagangan ,Madiun

4. Mohammad Sasongko, Tinggal di Perumahan Bukit Permai, Dau - Malang

5. Mursidi, tinggal di Medan.

Tinggal no 3 sd. No 5 yang masih hidup. Sewaktu kami keluarga Besar Poernomo menghadiri pernikahan Ananda Ato’ bin AB Pinandoro di Malang, kami sempatkan untuk sowan ke Pamanda Moh.Sasongo di Dau. Rasa haru melingkupi jiwa kami yang sowan saat itu. Betapa tidak Pak Sas sudah ” tidak bisa ” melihat lagi dengan jelas, karena katarak yang mendera penglihatan beliau tahun-tahun terakhir ini.

Betapa terharunya kami, kerinduan yang sekian puluh tahun terpendam seakan tertumpahkan saat itu. Kami menangis, membayangkan betapa berat beban beliau. Di saat-saat beliau membutuhkan pendamping beliau harus tinggal ”sendiri” dalam temaramnya dunia.

Sebagai seorang dokter ,terlontar keinginan beliau untuk pulang ke Banjarsari merawat kakandanya Murbagio. Tetapi keinginan itu dipupus sendiri bukankah beliau sendiri kesulitan beraktifitas, karena selain didera penyakit katarak belaiu juga kesulitan gerak karena vertigo dan sakit di tulang belakang, sehingga harus menjalani perawatan rutin di RSU.

Pernah terlontar keinginan beliau untuk melakukan oprasi katarak dengan metoda baru. Namun karena biaya itu sangat mahal ( delapan juta rupiah ) nampaknya beliau menunda dulu keinginan itu. Aku sudah konfirmasi ke RS Mata Undaan. Malah beliau sudah mengutarakan keinginan tinggal di tempatku selama pengobatan.

Kalau saja aku punya rejeki untuk mengobatkan kataraknya. Ingin rasanya aku meringankan penderitaan pamanku ini.

Satu hal yang bisa kami jadikan tauladan dari pamanku ini adalah Kejujurannya, kesederhanaannya. Meskipun beliau saat itu menjabat sebagai Kakanwil Kesehatan TIM TIM dan Kaltim, dan terakhir dosen Wida Iswara tidak seorangpun dari keponakannya ”dipaksa’ masuk jadi PNS meski peluang untuk melakukan KKN sangatlah besar. Alhamdulillah, beliau terselamatkan dari perbuatan itu, meski akhir sisa umurnya kekurangan harta.

Mudah-mudahan jadi bekal saat beliau menghadap kepada sang Khaliq, sehingga menjadi khusnul khotimah. Amin (*)

Tidak ada komentar: