Selasa, 08 Januari 2008

Idul Fitri 1428 H Di Banjarsari

Lebaran 1428 H. Kumpul di "ndalem" besar keluarga Soemoatmodjo.


Kel. Ahmad Budi Wirawan - Surabaya
Kel. Ahmad Budi Edyanto - Blitar
Kel. Ahmad Budi Priyatmoko - Surabaya.
Kel. Mohammad Purwidiantoro - Jogya
Kel. Ghofar - Malang
Kel besar Eyang Oem. Eyang putri dsb. sebagian kecil dari keluarga besar kita. Kapan kumpul lengkapnya ?

Jumat, 04 Januari 2008

Belum Cukupkah Teguran Ini ?

Bencana di Indonesia
Belum Cukupkah Teguran Ini ?

oleh: A. Budi Sulistyo

Tahun demi tahun bencana dan musibah sepertinya tak mau lepas-lepasnya dari bumi Indonesia. Sebagian masyarakat ada yang menghubung-hubungkan bencana yang bertubi-tubi melanda Indonesia itu dengan hal-hal mistik, klenik bahkan politik. Ada juga yang mengatakan, itu adalah fenomena alam biasa. Padahal, bisa jadi bencana-bencana itu berkaitan dengan dosa-dosa anak bangsa yang sepertinya tidak peduli lagi dengan dosa-dosa. Karena sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an, bencana yang menimpa adalah karena dari kesalahan manusia sendiri.

Firman Allah :
“Apa saja ni`mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (Q.S. An Nisaa’ : 79).

Dalam firman-Nya yang lain Allah mengingatkan :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. Ar Ruum : 41)

Dalam surat Al A’raf ayat 96 Allah berfirman :
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Bencana bisa menimpa siapa saja, baik yang taat maupun ingkar kepada-Nya, sebagaimana tersebut dalam ayat :

“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (Q.S.Al Anfaal : 25)

Hadits dari Ibnu ‘Umar r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda :
“Apabila Allah ta’ala mendatangkan siksaan pada suatu ummat maka siksaan menimpa seluruh orang yang berada di situ kemudian mereka nanti dibangkitkan sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.“ (hadits Mutafaq ‘Alaihi)[1]

Tujuan Allah memberi cobaan-cobaan pada manusia, tak lain adalah agar mereka kembali kepada kebenaran, dan agar mengambil pelajaran darinya, sebagaimana firman-Nya :
“Dan Kami coba mereka dengan (ni`mat) yang baik-baik dan (bencana) yang
buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). “ (Q.S.Al A’raaf : 168).

“Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pengajaran?” (Q.S.At Taubah : 126).

Dari Abu Hurairah r.a. yang berkata, Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun tipu daya, di mana pendusta dibenarkan, sedangkan orang-orang jujur didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang amanat dianggap pengkhianat, di masa itu ruwaibidhah berbicara.” Beliau ditanya :“ Apakah ruwaibidhah itu?” Beliau bersabda :“Orang bodoh yang berbicara tentang persoalan orang banyak.” (Hadits riwayat Bukhari) [2]

Dalam perjalanan hidup manusia, banyak umat yang timbul tenggelam dalam panggung sejarah. Untuk itu Allah telah mengingatkan, agar kita memperhatikan bagaimana kesudahan umat-umat terdahulu yang ingkar dan mendustakan Allah.. (Q.S.Al An’aam : 6; Ar Ruum : 9, 42 ; Al Mu’min : 82).
Contohnya antara lain, kaum Nabi Nuh yang mendustakan, membantah dan mengolok-olok seruan tauhid Nabi Nuh dihukum dengan ditenggelamkan dalam banjir besar. (Q.S. Al A’raaf : 59 – 64, Yunus : 71 -73, )
Kaum Nabi Syu’aib yang curang dalam timbangan dan takaran serta berbuat kerusakan di muka bumi.(Q.S. Al A’raaf : 85-93 :Huud : 84-95), dihukum dengan gempa yang dahsyat. (Q.S. Al Ankabut : 36-37).
Kaum Nabi Luth yang melakukan perbuatan fahisyah (keji) yang belum pernah diperbuat oleh umat-umat sebelumnya, yakni pelampiasan nafsu syahwat kaum lelaki kepada sesama lelaki, diadzab dengan hujan batu dari tanah yang dibakar yang dibawa angin dan dibalikkan (yang di atas dijadikan di bawah) negeri yang mereka diami. (Q.S.Al A’raaf : 80. Huud : 78-82, Al Ankabut : 28-29, An Naml : 54-58, Asy Syuara : 160-173, Al Hijr : 59).
Karun, salah seorang umat Nabi Musa menyombongkan diri karena kekayaan yang tiada tara -kumpulan anak kunci gudang perbendaharaannya saja tidak terangkat oleh orang-orang yang kuat- dihukum dengan ditenggelamkan ke dalam bumi bersama seluruh harta kekayaannya. (Q.S. Al Qashash : 76-82, Al ‘Ankabuut : 39).
Ada pula contoh yang terjadi pada negeri Saba’, suatu negeri yang semula aman makmur damai, tetapi karena penduduknya berpaling, maka didatangkan banjir besar yang melanda negeri itu, dan, tanaman yang baik-baik digantikan dengan tanaman yang berbuah pahit. (Q.S. Saba’ : 15-16).
Begitu juga dengan perumpamaan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari ni`mat-ni`mat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (Q.S. An Nahl : 112)
Dan banyak lagi contoh lainnya yang bertebaran di dalam Al Qur’an.
Kalau kita tengok realita kehidupan di sekitar kita, baik melalui media cetak, elektronik mau pun kenyataan yang ada, betapa prihatinnya kita, karena begitu merajalelanya perbuatan maksiat diperbuat manusia yang ingkar dan tidak mempercayai adanya hari akhir. Masya Allah ! Misalnya :
Perilaku syirik, yang ditandai dengan maraknya perdukunan dan paranormal. Tatkala ada bencana, mereka meminta tolong kepada para dukun atau paranormal, bahkan mengidolakannya. Ketika gunung Merapi meletus dan menyemburkan awan panas, kapada siapa mereka minta tolong ? Ketika kemudian terjadi gempa bumi dan tsunami melanda wilayah Yogya dan sekitarnya, kepada siapa mereka minta tolong ? Untuk menghentikan semburan lumpur di Sidoarjo, ada ritual dengan cara melemparkan anak sapi hidup-hidup ke aliran lumpur panas.
Zina, bahkan zina yang tak lazim pun tidak jarang terjadi. Rentetannya banyak terjadi aborsi dan bayi yang dibuang di sembarang tempat.
Homosex dan Lesbian
Pria berpakaian dan bertingkah laku seperti wanita atau sebaliknya.
Pembunuhan, tawuran, bahkan untuk hal-hal yang sepele.
Korupsi, pencurian dan perampokan.
Pengrusakan hutan.
Ghibah, yang bahkan telah menjadi komoditi.
Khamr dengan aneka jenis, istilah maupun derivat yang makin meluas.
Curang dalam timbangan dan takaran.
Judi dengan berbagai bentuk tingkat dan samarannya
Dan lain-lain.
Betapa panjang deretan bencana yang menimpa negara kita: gempa bumi, tsunami, badai, tanah dan sampah longsor, angin puting beliung, kebakaran, kekeringan, banjir bandang, letusan gunung berapi, awan panas, kecelakaan dahsyat di udara, di laut dan di darat, aneka penyakit yang bergantian muncul di mana-mana, flu burung, demam berdarah, diaree, SARS, AIDS dan lain sebagainya. Bahkan terjadi kelaparan yang sampai-sampai merenggut nyawa manusia. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Lumpur panas Lapindo telah mendekati satu tahun belum juga dapat dihentikan semburannya, bahkan makin meluas dan mengkhawatirkan. Belakangan menyusul semburan-semburan sejenis yang terjadi di Kalimantan dan Serang.
Daftar bencana itupun masih bertambah dengan tenggelamnya kapal Senopati Nusantara dan kapal feri Tri Star I, serta beberapa kapal kecil di berbagai perairan Indonesia. Juga hilangnya pesawat Adam Air, serta jatuhnya kereta api ekonomi ke sungai di Purwokerto.
Dan, yang baru saja terjadi adalah banjir besar yang melanda kawasan ibukota dan sekitarnya. Puluhan orang meninggal dunia, puluhan ribu mamusia menjadi pengungsi, ribuan rumah terendam. Berbagai dampak di bidang ekonomi, sosial, kesehatan dan lain-lain menyertainya pasca banjir
Sungguh hanya Dzat Yang Menciptakan dan Memiliki Bumi yang dapat menghentikan aneka bencana itu. Belum terdetikkah dalam hati kita untuk kembali kepada-Nya, berserah diri bulat-bulat kepada-Nya, Mohon pertolongan hanya kepada-Nya? Belum cukupkah teguran dan peringatan Allah melalui bencana yang menimpa ini? Belum tibakah masanya bagi kita untuk instropeksi, apakah itu pribadi, institusi, kelompok maupun negara terhadap apa yang telah selama ini kita perbuat.
Di dalam kitab tafsir Ibnu Katsir jilid 6 penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i ketika menguraikan tafsir ayat 41-42 surat Ar Ruum, menyebutkan : “Makna firman Allah ‘Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,’ yaitu, kekurangan tanam-tanaman dan buah-buahan disebabkan oleh kemaksiatan.
Abul ‘Aliyah berkata: “Barangsiapa yang berlaku maksiat kepada Allah di muka bumi, maka berarti dia telah berbuat kerusakan di dalamnya. Karena kebaikan bumi dan langit adalah dengan sebab ketaatan.” [3]
Pengetahuan dan kemampuan manusia sangatlah terbatas. Karena itu jangan lagi menyombongkan diri dengan kecanggihan teknologi, apalagi mensejajarkan Allah dengan makhluk ciptaan-Nya. Jangan lagi minta pertolongan dukun untuk menghentikan semburan lumpur panas, atau pun bencana-bencana yang lain.
Ketika seseorang mengatakan bahwa bencana-bencana yang terjadi adalah fenomena alam biasa, bukannya teguran dari Allah Azza wa Jalla, maka merekapun mensikapinya biasa-biasa saja. Dan solusi yang mereka tawarkan, hanya berdasarkan akal dan menggantungkan kecanggihan teknologi semata. Teknologi itu sah-sah saja, tetapi mengapakah tidak diikuti dengan berdo’a dan menyatakan kelemahan dan keterbatasan diri kepada Yang Maha Pencipta.

Firman Allah :
Dan Tuhanmu berfirman:"Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".(Q.S.Al Mu’min : 60)

Tidakkah kita teringat peristiwa banjir besar pada zaman Nabi Nuh a.s., tatkala putra beliau yang ingkar sedang diombang ambingkan ombak raksasa, iapun dihimbau ayahnya agar bergabung ke dalam bahtera, sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur’an surat Huud : 42,
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."
Tetapi, bahwa menurut logika si anak ia dapat berenang ke puncak gunung menyelamatkan diri, iapun dengan congkaknya menjawab.
"Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.(Q.S.Huud 43)
Dalam sebuah hadits yang panjang yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, disebutkan sebuah kisah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang tiga orang yang terjebak di sebuah gua karena pintunya tertutup batu besar. Kekuatan mereka bertiga tidak bisa menggeser batu besar itu.
Salah seorang di antara mereka berkata : “Sesungguhnya tidak ada yang dapat menyelamatkan kamu sekalian dari bencana ini kecuali bila kamu sekalian berdo’a kepada Allah ta’ala dengan menyebutkan amal-amal shalih yang pernah kalian perbuat“. Satu persatu mereka menyebutkan amal shalih mereka masing-masing, kemudian berdo’a memohon agar batu itu digeserkan. Subhanallah, batu itu bergeser setiap kali seorang selesai dengan do’anya. Hingga akhirnya mereka semua dapat keluar dari gua. [4]
Hanya dengan kembali kepada Allah, menghinakan diri di hadapan-Nya, mengakui segala kebodohan dan keterlanjuran kita, diiringi istighfar mohon ampun kepada-Nya, Insya Allah, Allah akan membukakan jalan untuk terhentinya bencana-bencana itu dan keluar dari aneka kesulitan. an makhluk ciptaan-Nya.

Firman Allah,
Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (Q.S.Huud 52)

Di dalam ayat yang lain Allah berfirman agar kita memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang terdahulu, kebanyakan mereka adalah orang-orang yang mensekutukan Allah.
Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)". (Q.S. Ar Ruum : 42).

Ketika saya merenungkan bahwa dari sisi rohaniah untuk hal-hal di atas kuncinya adalah taubat dari perbuatan syirik, sombong dan maksiat, maka timbullah tanda tanya dalam diri saya, siapakah yang akan menyerukan ajakan taubat dan istighfar bagi bangsa ini ? Sungguh kita merindukan seseorang yang saleh dan berwibawa untuk mengajak bangsa ini ke jalan Allah. Tetapi, melihat pengalaman yang pernah terjadi, jika muncul seseorang yang mengajak kepada taubat, maka timbullah aneka komentar atau opini yang berbau politis.
Karena itu, saya mengajak diri saya dan mereka yang yakin akan adanya hari pembalasan, marilah kita memurnikan tauhid, ikhlas dalam menghambakan diri menyembah Allah, serta membanyakkan istighfar mohon ampun kepada-Nya. Diiringi doa mohon pertolongan-Nya agar bangsa ini dilepaskan dari bencana-bencana yang menimpa. Semoga Allah memperkenankan doa kita.

INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJI’UUN, ALLAAHUMMA’ JURNII FII MUSHIIBATII WA AKHLIFLII KHAIRAN MINHAA.

Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami kembali. Ya Allah, karuniakanlah pahala kepadaku dalam musibah ini, dan gantilah bagiku musibah itu dengan yang lebih baik darinya. (H.R.Imam Muslim) [5]

Tidakkah kita takut akan siksaan Allah yang datangnya sekonyong-konyong jika kita melupakan peringatan-peringatan yang telah diberikan.
Firman-Nya,

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Q.S.Al An’aam : 44)

Naskah ini ditulis oleh seorang anak bangsa, seorang rakyat jelata, yang bukan ulama, ustadz ataupun penulis, bukan pula anggota salah satu partai politik. Hanyalah seorang yang prihatin dan merasa terdorong untuk berbuat sesuatu berkenaan dengan rentetan bencana yang menimpa bangsa. Hanya sebuah tulisan sederhana mengenai upaya keluar dari kesulitan yang menimpa bangsa, dari sudut pandang yang lain ini yang dapat saya perbuat. Mudah-mudahan membawa manfaat.

Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S.Al Ashr: 1-3)

Wallahu a’lam bishshowab.

Bekasi, 22 Muharram 1428
10 Januari 2007

Ahmad Budi Sulistyo bin Poernomo










Daftar Rujukan :

1. Al Quran (Khot dan tarjamah memakai CD ROM Holy Quran)
2. Terjemah Riyadlus Shalihin jilid II, penerbit CV. Toha Putra Semarang 1981,
3. Peristiwa-Peristiwa Dahsyat Akhir Zaman (Berdasarkan dalil-Dalil Shahih), oleh Sa’id ‘Abdul Halim, penerjemah Hawin Murtadlo, penerbit Al-Qowam dan Pustaka Barokah Solo 2004.
4. Kitab Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’I
5. DOA dan PENYEMBUHAN CARA NABI oleh Sa’id ‘Ali bin Wahf AL-QAHTHANIY, penerbit Mitra Pustaka.
6. Ta’lim bersama ustadz M.Maurits, Bekasi.


[1] Periksa Terjemah Riyadlus Shalihin jilid II, penerbit CV. Toha Putra Semarang 1981, BAB TENTANG HADITS-HADITS YANG TERSEBAR DAN YANG MEMUAT CERITERA, hadits nomor 23
[2] Periksa Peristiwa-Peristiwa Dahsyat Akhir Zaman (Berdasarkan dalil-Dalil Shahih), oleh Sa’id ‘Abdul Halim, penerjemah Hawin Murtadlo, penerbit Al-Qowam dan Pustaka Barokah Solo 2004, halaman 96.

[3] Periksa Kitab Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’I hal. 380
[4] Periksa Terjemah Riyadlush Shalihin, Penerbit CV Toha Putra Semarang, jilid I, BAB TENTANG IKHLAS hadits nomor 13

[5] DOA dan PENYEMBUHAN CARA NABI oleh Sa’id ‘Ali bin Wahf AL-QAHTHAIY, penerbit Mitra Pustaka.